at Bali iSland

at Bali iSland
with my Friends

Minggu, 08 Januari 2012

TOILET JONGKOK KUMUH SINDIR DPR



TRIBUNJOGJA.COM, SOLO -  Rencana para wakil rakyat untuk merenovasi toilet gedung DPR RI di Senayan mendapat sindiran. Di Solo, ada warga yang melakukan aksi nyeleneh. Sebuh toilet jongkok bekas yang kotor, kumuh, kusam, dan rusak dibeberapa bagian diletakkan di tengah Jalan Slamet Riyadi, saat Solo Car Free Day (CFD), Minggu (8/1/2012) pagi.
Bak sebuah interior, toilet warna putih itu diberi hiasan lima batang bambu yang dipasang berdiri melingkar. Toilet juga diletakkan diatas sebuah papan kecil. Tak hanya itu, di samping toilet juga terdapat tong plastik biru cukup besar yang dimaksudkan sebagai ember. Pemandangan itu pun menarik perhatian ribuan warga Solo yang memadati CFD. Satu diantaranya adalah Anita Cahyaning yang sedang olah raga lari pagi.
Saat melintas di bawah jembatan penyebarangan depan Museum Radya Pustaka, remaja 21 tahun ini menghentikan langkahnya. Ia lantas mendekat pada toilet yang ramai dikerumuni warga tadi karena penasaran.
"Wah, toiletnya kok kotor sekali, sampai hitam begitu. Saya sampai mual mau muntah," terang gadis yang mengaku masih kuliah di Universitas Sebelas Maret Solo (UNS) ini. Saat mendekat ke toilet, wanita berambut lurus panjang ini sempat menutup mulut dan hidungnya menggunakan tangan.
Mayor Haristanto, penggagas aksi nyeleneh tersebut mengatakan, apa yang ia lakukan adalah sebuah karya karikatur tiga dimensi.  Toilet bekas miliknya yang sudah tak dipakai lagi itu ia persembahkan untuk para wakil rakyat yang berencana merovasi toilet Rp 2 miliar. Ia kesal lantaran jumlah uang tersebut terlalu besar.
Padahal jika jumlah itu digunakan bagi rakyat, bisa untuk membangun puluhan bahkan ratusan toilet. "Biar para wakil rakyat tahu, toilet rakyat masih seperti ini. Harusnya mereka bersyukur bisa memakai toilet lebih bagus," katanya.

KINI DI FACEBOOK BISA KIRIM PESAN KEMATIAN


TEMPO.CO Jakarta - Meski pemilik akun di jejaring sosial Facebook sudah meninggal, belum tentu akunnya otomatis tertutup. Kecuali atas permintaan banyak orang. Kini Facebook menawarkan satu aplikasi bagi seseorang yang ingin membuat surat wasiat di Facebook, If I Die.
Surat wasiat ini akan mengirimkan pesan setelah pemilik akun dipastikan meninggal. If I Die menawarkan pesan surat wasiat kepada teman-teman terpercaya (trustee) dan orang yang anda cintai di Facebook. Setelah menginstal aplikasi ini, maka anda harus memilih tiga teman tepercaya yang bisa memastikan kematian Anda.
Lalu Anda bisa memilih rekaman video atau pesan-pesan yang bisa dipublikasikan. Jika teman-teman terpercaya sudah memastikan kematian, maka pesan Anda bisa langsung dipublikasikan di dinding anda atau keluar sesuai waktu yang anda atur.
Kedengarannya aneh untuk membuat pesan perpisahaan. Tetapi Wilook, perusahaan pembuat aplikasi If I Die yang berbasis di Israel menyatakan tak ada yang bisa memprediksi kematian.
"Kita punya banyak hal yang perlu diucapkan tetapi tidak terlalu butuh pendengar yang bisa dengan sabar untuk mendengar semuanya," ujar Eran Alfonta, Penemu Aplikasi ini. "Sesungguhnya, setiap orang ingin meninggalkan sesuatu, kita ingin meninggalkan sebuah pesan atau penanda di belakang kita."
Alfonta mendapatkan ide aplikasi If I Die dari pengalaman sahabatnya sendiri. Sepasang suami istri yang meninggal akibat kecelakaan di Italia.
Sebelum meninggal pasangan tersebut pernah berujar kepada dia : "Ya tuhan, apa yang akan terjadi pada anak-anak kita, jika sesuatu terjadi pada kami ya." Maka pasangan tersebut pun kemudian meminta Alfonta membuat situs yang bisa menyimpan catatan mereka dan hanya akan terbuka jika mereka telah meninggal.
If I Die memungkinkan pembuat pesan secara terjadwal. Contohnya bagi penderita kanker, maka dia bisa merekam video untuk orang-orang terkasih dan akan diposting di dinding mereka setiap hari lahir.
Di lain sisi, maka If I Die membuat pemilik akun di Facebook tak pernah mati. Karena meski mereka meninggal, profilnya tetap hidup, memposting komentar dan mengirim pesan pribadi sebanyak pesan yang sudah mereka buat.
MASHABLE.COM|DIANING SARI

Fiqh Jinayat


Bab 1 : Pengertian Jinayat
Jinayah menurut fuqaha’ ialah perbuatan atau perilaku yang jahat yang dilakukan oleh seseorang untuk mencerobohi atau mencabul kehormatan jiwa atau tubuh badan seseorang yang lain dengan sengaja.
Penta`rifan tersebut adalah khusus pada kesalahan-kesalahan bersabit dengan perlakuan seseorang membunuh atau menghilangkan anggota tubuh badan seseorang yang lain atau mencederakan atau melukakannya yang wajib di kenakan hukuman qisas atau diyat.
Kesalahan-kesalahan yang melibatkan harta benda, akal fikiran dan sebagainya adalah termasuk dalam jinayah yang umum yang tertakluk di bawahnya semua kesalahan yang wajib dikenakan hukuman hudud, qisas, diyat atau ta`zir.
Faedah dan manafaat daripada Pengajaran Jinayat :-
1) Menjaga keselamatan nyawa daripada berlaku berbunuhan sesama sendiri dan sebagainya
2) Menjaga keamanan maruah di dalam masyarakat daripada segala fitrah tuduh-menuduh.
3) Menjaga keamanan maruah di dalam harta benda dan nyawa daripada kecurian, ragut dan lain-lain.
4) Berhubung dengan keamanan negara dan menyelenggarakan keselamatan diri.
5) Perkara yang berhubung di antara orang-orang Islam dengan orang-orang kafir di dalam negara Islam Pembunuhan
Bab 2 : Bentuk Hukuman Yang Dikenakan Ke Atas Penjenayah
Mengikut peruntukan hukum syara` yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadith dan yang dikuatkuasakan dalam undang-undang jinayah syar`iyyah, penjenayah-penjenayah yang didakwa di bawah kes jinayah syar`iyyah apabila sabit kesalahannya di dalam mahkamah wajib dikenakan hukuman hudud, qisas, diyat atau ta`zir.
Hukuman-hukuman ini adalah tertakluk kepada kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh penjenayah-penjenayah tersebut.
1. Hukuman Hudud
Hukuman hudud adalah hukuman yang telah ditentukan dan ditetapkan Allah di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadith. Hukuman hudud ini adalah hak Allah yang bukan sahaja tidak boleh ditukar ganti hukumannya atau diubahsuai atau dipinda malah tidak boleh dimaafkan oleh sesiapapun di dunia ini. Mereka yang melanggar ketetapan hukum Allah yang telah ditentukan oleh Allah dan RasulNya adalah termasuk dalam golongan orang yang zalim. Firman Allah s.w.t. yang bermaksud:
“Dan sesiapa yang melanggar aturan-aturan hukum Allah maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Surah Al-Baqarah, 2:229).
Kesalahan-kesalahan yang wajib dikenakan hukuman hudud ialah:
a) Berzina, iaitu melakukan persetubuhan tanpa nikah yang sah mengikut hukum syara`.
b) Menuduh orang berzina (qazaf), iaitu membuat tuduhan zina ke atas orang yang baik lagi suci atau menafikan keturunannya dan tuduhannya tidak dapat dibuktikan dengan empat orang saksi.
c) Minum arak atau minuman yang memabukkan sama ada sedikit atau banyak, mabuk ataupun tidak.
d) Mencuri, iaitu memindahkan secara sembunyi harta alih dari jagaan atau milik tuannya tanpa persetujuan tuannya dengan niat untuk menghilangkan harta itu dari jagaan atau milik tuannya.
e) Murtad, iaitu orang yang keluar dari agama Islam, sama ada dengan perbuatan atau dengan perkataan, atau dengan i`tiqad kepercayaan.
f) Merompak (hirabah), iiatu keluar seorang atau sekumpulan yang bertujuan untuk mengambil harta atau membunuh atau menakutkan dengan cara kekerasan.
g) Penderhaka (bughat), iaitu segolongan umat Islam yang melawan atau menderhaka kepada pemerintah yang menjalankan syari`at Islam dan hukum-hukum Islam.
2. Hukuman Qisas
Hukuman qisas adalah sama seperti hukuman hudud juga, iaitu hukuman yang telah ditentukan oleh Allah di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadith. Hukuman qisas ialah kesalahan yang dikenakan hukuman balas.
Membunuh dibalas dengan bunuh (nyawa dibalas dengan nyawa), melukakan dibalas dengan melukakan, mencederakan dibalas dengan mencederakan.
Kesalahan-kesalahan yang wajib dikenakan hukuman qisas ialah:
a) Membunuh orang lain dengan sengaja.
b) Menghilangkan atau mencederakan salah satu anggota badan orang lain dengan sengaja.
c) Melukakan orang lain dengan sengaja. Hukuman membunuh orang lain dengan sengaja wajib dikenakan hukuman qisas ke atas si pembunuh dengan dibalas bunuh. Firman Allah s.w.t. yang bermaksud:
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kamu menjalankan hukuman qisas (balasan yang seimbang) dalam perkara orang-orang yang mati dibunuh.” (Surah Al-Baqarah, 2:178)
Hukuman menghilangkan atau mencederakan salah satu anggota badan orang lain atau melukakannya wajib dibalas dengan hukuman qisas mengikut kadar kecederaan atau luka seseorang itu juga mengikut jenis anggota yang dicederakan dan dilukakan tadi.
Firman Allah s.w.t. yang bermaksud:
“Dan Kami telah tetapkan atas mereka di dalam kitab Taurat itu, bahawasanya jiwa dibalas dengan jiwa, dan mata dibalas dengan mata, dan hidung dibalas dengan hidung, dan telinga dibalas dengan telinga, dan gigi dibalas dengan gigi, dan luka-luka juga hendaklah dibalas (seimbang). Tetapi sesiapa yang melepaskan hak membalasnya, maka menjadilah ia penebus dosa baginya. Dan sesiapa yang tidak menghukum dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (Surah Al-Ma’idah: 45)
3. Hukuman Diyat
Hukuman diyat ialah harta yang wajib dibayar dan diberikan oleh penjenayah kepada wali atau waris mangsanya sebagai gantirugi disebabkan jenayah yang dilakukan oleh penjenayah ke atas mangsanya. Hukuman diyat adalah hukuman kesalahan-kesalahan yang sehubungan dengan kesalahan qisas dan ia sebagai gantirugi di atas kesalahan-kesalahan yang melibatkan kecederaan anggota badan atau melukakannya.
Kesalahan-kesalahan yang wajib dikenakan hukuman diyat ialah:
a) Pembunuhan yang serupa sengaja.
b) Pembunuhan yang tersalah (tidak sengaja).
c) Pembunuhan yang sengaja yang dimaafkan oleh wali atau waris orang yang dibunuh. Firman Allah s.w.t. yang bermaksud:
“Maka sesiapa (pembunuh) yang dapat sebahagian keampunan dari saudaranya (pihak yang terbunuh) maka hendaklah (orang yang mengampunkan itu) mengikut cara yang baik (dalam menuntut ganti nyawa), dan si pembunuh pula hendaklah menunaikan (bayaran ganti nyawa itu) dengan sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah suatu keringanan dari Tuhan kamu serta satu rahmat kemudahan. Sesudah itu sesiapa yang melampaui batas (untuk membalas dendam pula) maka baginya azab siksa yang tidak terperi sakitnya.” (Surah Al-Baqarah, 2:178)
4. Hukuman Ta`zir
Hukuman ta`zir ialah kesalahan-kesalahan yang hukumannya merupakan dera, iaitu penjenayah-penjenayah tidak dijatuhkan hukuman hudud atau qisas. Hukuman ta`zir adalah hukuman yang tidak ditentukan kadar atau bentuk hukuman itu di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadith.
Hukuman ta`zir adalah dera ke atas penjenayah-penjenayah yang telah sabit kesalahannya dalam mahkamah dan hukumannya tidak dikenakan hukuman hudud atau qisas kerana kesalahan yang dilakukan itu tidak termasuk di bawah kes yang membolehkannya dijatuhkan hukuman hudud atau qisas.
Jenis, kadar dan bentuk hukuman ta`zir itu adalah terserah kepada kearifan hakim untuk menentukan dan memilih hukuman yang patut dikenakan ke atas penjenayah-penjenayah itu kerana hukuman ta`zir itu adalah bertujuan untuk menghalang penjenayah-penjenayah mengulangi kembali kejahatan yang mereka lakukan tadi dan bukan untuk menyiksa mereka.
Bab 3 : Tujuan Hukuman Hudud, Qisas, Diyat dan Ta’zir
Hukuman hudud, qisas, diyat dan ta`zir diperuntukkan dalam qanun jinayah syar`iyyah adalah bertujuan untuk menjaga prinsip perundangan Islam yang tertakluk di bawahnya lima perkara:
1. Menjaga agama, iaitu menjaga aqidah orang-orang Islam supaya tidak terpesong dari aqidah yang sebenar dan tidak menjadi murtad. Orang yang murtad akan disuruh bertaubat terlebih dahulu dan sekiranya dia enggan bertaubat maka hukuman bunuh akan dikenakan ke atas mereka. Sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud:
“Sesiapa yang menukar agamanya (murtad), maka bunuhlah dia.” (Riwayat Bukhari)
2. Menjaga nyawa, iaitu menjaga jiwa seseorang dari dibunuh termasuklah menjaga anggota tubuh badan seseorang dari dicederakan atu dirosakkan. Sesiapa yang membunuh manusia atau mencederakan anggota tubuh badan mereka itu dengan sengaja wajib dijatuhkan hukuman qisas atau diyat sebagaimana firman Allah s.w.t. yang bermaksud:
“Dan di dalam hukum qisas itu ada jaminan hidup bagi kamu, wahai orang-orang yang berakal fikiran supaya kamu bertaqwa.” (Surah Al-Baqarah, 2:179)
3. Menjaga akal fikiran, iaitu memelihara akal fikiran manusia dari kerosakan disebabkan minum arak atau minuman-minuman yang memabukkan. Mereka yang meminum arak wajib dijatuhkan hukuman sebat tidak lebih dari lapan puluh kali sebat sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Saiyidina Ali di dalam sebuah hadith yang bermaksud:
“Rasulullah s.a.w. telah menyebat orang yang minum arak sebanyak empat puluh kali sebat, dan Saiyidina Abu Bakar telah menyebat empat puluh kali sebat juga, dan Saiyidina Umar menyebat sebanyak lapan puluh kali .
4. Menjaga keturunan, iaitu memelihara manusia dari melakukan perzinaan supaya nasab keturunan, perwalian dan pewarisan anak-anak yang lahir hasil dari persetubuhan haram itu tidak rosak. Orang yang melakukan perzinaan wajib dijatuhkan hukum sebat dan rejam sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w. dalam hadithnya yang diriwayatkan daripada `Ubadah bin As-Somit r.a. yang bermaksud:
“Ambillah peraturan daripada aku, ambillah peraturan daripada aku. Sesungguhnya Allah telah memberi jalan untuk mereka. Perawan dengan jejaka yang berzina hukumannya disebat sebanyak seratus kali sebat, dan dibuang negeri selama setahun. Dan janda dengan janda yang berzina hukumannya disebat sebanyak seratus kali sebat dan direjam.” (Riwayat Muslim dan Abu Daud)
5. Menjaga harta benda, iaitu memelihara harta benda manusia dari dicuri dan dirompak dengan menjatuhkan hukuman potong tangan ke atas pencuri, dan menjatuhkan hukuman mati atau potong tangan dan kaki kedua-duanya sekali atau dibuang negeri ke atas perompak. Hukuman ini tertakluk kepada cara rompakan itu dilakukan sebagaimana firman Allah s.w.t. yang bermaksud:
“Dan orang lelaki yang mencuri dan perempuan yang mencuri maka (hukumannya) potonglah tangan mereka sebagai satu balasan dengan sebab apa yang mereka telah usahakan, (juga sebagai) suatu hukuman pencegah dari Allah. Dan (ingatlah) Allah maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.” (Surah Al-Ma’idah: 38)
Firman Allah s.w.t. lagi yang bermaksud:
“Sesungguhnya balasan orang-orang yang memerangi Allah dan RasulNya serta melakukan bencana kerosakan di muka bumi (melakukan keganasan merampas dan membunuh orang di jalan ) ialah dengan balasan bunuh (kalau mereka membunuh sahaja dengan tidak merampas), atau dipalang (kalau mereka membunuh dan merampas), atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan berselang (kalau mereka merampas sahaja, atau dibuang negeri (kalau mereka hanya mengganggu ketenteraman awam). Hukuman yang demikian itu adalah suatu kehinaan di dunia bagi mereka, dan di akhirat kelak mereka beroleh azab siksa yang amat besar.” (Surah Al-Ma’idah: 33)
Bab 5 : Zina
Ialah persetubuhan yang dilakukan oleh seorang lelaki dengan seorang perempuan tanpa nikah yang sah mengikut hukum syarak (bukan pasangan suami isteri) dan kedua-duanya orang yang mukallaf, dan persetubuhan itu tidak termasuk dalam takrif (persetubuhan yang meragukan).
Jika seorang lelaki melakukan persetubuhan dengan seorang perempuan, dan lelaki itu menyangka bahawa perempuan yang disetubuhinya itu ialah isterinya, sedangkan perempuan itu bukan isterinya atau lelaki tadi menyangka bahawa perkahwinannya dengan perempuan yang disetubuhinya itu sah mengikut hukum syarak, sedangkan sebenarnya perkahwinan mereka itu tidak sah, maka dalam kes ini kedua-dua orang itu tidak boleh didakwa dibawah kes zina dan tidak boleh dikenakan hukuman hudud, kerana persetubuhan mereka itu adalah termasuk dalam wati’ subhah iaitu persetubuhan yang meragukan.
Mengikut peruntukan hukuman syarak yang disebutkan di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadith yang dikuatkuasakan dalam undang-undang Qanun Jinayah Syar’iyyah bahawa orang yang melakukan perzinaan itu apabila sabit kesalahan di dalam mahkamah wajib dikenakan hukuman hudud, iaitu disebat sebanyak 100 kali sebat. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang bermaksud :
“Perempuan yang berzina dan lelaki yang berzina, hendaklah kamu sebat tiap-tiap seorang dari kedua-duanya 100 kali sebat, dan janganlah kamu dipengaruhi oleh perasaan belas kasihan terhadap keduanya dalam menjalankan hukum Agama Allah, jika benar kamu beriman kepada Allah dan hari Akhirat, dan hendaklah disaksikan hukuman siksa yang dikenakan kepada mereka itu oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman”. (Surah An- Nur ayat 2)
ZINA TERBAHAGI KEPADA DUA :
1. ZINA MUHSAN
2. ZINA BUKAN MUHSAN
ZINA MUHSAN
Iaitu lelaki atau perempuan yang telah pernah melakukan persetubuhan yang halal (sudah pernah berkahwin)
ZINA BUKAN MUHSAN
Iaitu lelaki atau perempuan yang belum pernah melakukan persetubuhan yang halal (belum pernah berkahwin).
Perzinaan yang boleh dituduh dan didakwa dibawah kesalahan Zina Muhsan ialah lelaki atau perempuan yang telah baligh, berakal, merdeka dan telah pernah berkahwin, iaitu telah merasai kenikmatan persetubuhan secara halal.
Penzinaan yang tidak cukup syarat-syarat yang disebutkan bagi perkara diatas tidak boleh dituduh dan didakwa dibawah kesalahan zina muhsan, tetapi mereka itu boleh dituduh dan didakwa dibawah kesalahan zina bukan muhsan mengikut syarat-syarat yang dikehendaki oleh hukum syarak.
HUKUMAN YANG DIKENAKAN KEATAS ORANG YANG ZINA MUHSAN DAN BUKAN MUHSAN
Seseorang yang melakukan zina Muhsan, sama ada lelaki atau perempuan wajib dikenakan keatas mereka hukuman had (rejam) iaitu dibaling dengan batu yang sederhana besarnya hingga mati. Sebagaimana yang dinyatakan di dalam kitab I’anah Al- Thalibin juzuk 2 muka surat 146 yang bermaksud :
”Lelaki atau perempuan yang melakukan zina muhsan wajib dikenakan keatas mereka had (rejam), iaitu dibaling dengan batu yang sederhana besarnya sehingga mati”.
Seseorang yang melakukan zina bukan muhsan sama ada lelaki atau perempuan wajib dikenakan ke atas mereka hukuman sebat 100 kali sebat dan buang negeri selama setahun sebagaimana terdapat di dalam kitab Kifayatul Ahyar juzuk 2 muka surat 178 yang bermaksud :
”Lelaki atau perempuan yang melakukan zina bukan muhsin wajib dikenakan keatas mereka sebat 100 kali sebat dan buang negeri selama setahun”.
PEREMPUAN YANG DI ROGOL DAN DI PERKOSA
Perempuan-perempuan yang dirogol atau diperkosa oleh lelaki yang melakukan perzinaan dan telah disabit dengan bukti –bukti yang diperlukan oleh syarak dan tidak menimbulkan sebarang keraguan dipihak hakim bahawa perempuan itu dirogol dan diperkosa, maka dalam kes ini perempuan itu tidak boleh dijatuhkan dan dikenakan hukuman hudud,dan ia tidak berdosa dengan sebab perzinaan itu.
Lelaki yang merogol atau memperkosa perempuan melakukan perzinaan dan telah sabit kesalahannya dengan bukti – bukti dan keterangan yang dikehendaki oleh syarak tanpa sebarang keraguan dipihak hakim, maka hakim hendaklah menjatuhkan hukuman hudud keatas lelaki yang merogol perempuan itu, iaitu wajib dijatuhkan dan dikenakan ke atas lelaki itu hukuman rejam dan sebat.
Perempuan-perempuan yang telah disabitkan oleh hakim bahawa ia adalah dirogol dan diperkosa oleh lelaki melakukan perzinaan, maka hakim hendaklah membebaskan perempuan itu dari hukuman hudud (tidak boleh direjam dan disebat) dan Allah mengampunkan dosa perempuan itu di atas perzinaan secara paksa itu.
Bab 6: Liwat
Liwat ialah melakukan persetubuhan di dubur, sama ada dubur lelaki atau dubur perempuan walaupun dubur isterinya sendiri.
Melakukan persetubuhan didubur hukumnya adalah haram dan sama seperti bersetubuh difaraj perempuan yang bukan isterinya, dan juga sama hukumannya dengan berzina. Mereka yang melakukan liwat, wajib dikenakan hukuman hudud, iaitu direjam sehingga mati, jika orang yang berliwat itu muhsin. Dan dikenakan hukuman sebat 100 kali sebat dan buang negeri selama setahun, jika berliwat dengan bukan muhsin.
(Kifayatul Ahyar juzuk 2 muka surat 111-112)
MUSAHAQAH (LESBIAN)
Melakukan sesuatu perbuatan untuk memuaskan nafsu seks diantara perempuan dengan perempuan dengan mengeselkan faraj dengan faraj mereka berdua hingga mendatangkan berahi dan merasa kelazatan dengan sebab pergeselan faraj diantara kedua-dua orang perempuan itu.
Musahaqah adalah suatu perbuatan yang haram dan wajib dikenakan hukuman takzir, dimana kesalahan musahaqah itu boleh disabitkan dengan bukti-bukti yang dikehendaki untuk mensabitkan kesalahan-kesalahan yang wajib dikenakan hukuman takzir. Dan kesalahan liwat hendaklah disabitkan kesalahan itu dengan bukti –bukti sebagaimana yang dikehendaki oleh syarak untuk membuktikan zina.
MENDATANGI BINATANG
Seseorang yang mendatangi binatang tidak boleh diistilahkan sebagai orang yang berzina. Perbuatan mereka itu boleh diistilahkan suatu perbuatan yang haram dan keji yang wajib dijatuhkan hukuman takzir.
BERSETUBUH DENGAN ORANG YANG TELAH MATI
Lelaki yang mensetubuhi perempuan yang telah mati yang bukan isterinya tidak boleh diistilahkan melakukan perzinaan, tetapi lelaki itu wajib dikenakan hukuman takzir. Begitu juga perempuan yang memasukkan zakar lelaki yang telah mati yang bukan suaminya ke dalam farajnya tidak boleh juga dikira sebagai berzina, tetapi perempuan itu wajib juga dikenakan hukuman takzir.
Oleh itu bagi perkara tersebut diatas lelaki dan perempuan itu tadi wajib dikenakan hukuman takzir sahaja dan tidak boleh dikenakan hukuman hudud.
BUKTI-BUKTI UNTUK MENSABITKAN KESALAHAN ZINA
Untuk mensabitkan seseorang itu bersalah dalam kes zina yang wajib dikenakan hukuman hudud mestilah dibuktikan dengan salah satu perkara-perkara berikut:-
i) Perzinaan itu mestilah disaksikan oleh empat orang saksi lelaki. Sebagaimana Firman Allah Taala yang bermaksud:
”Dan sesiapa yang melakukan perbuatan keji (zina) diantara perempuan-perempuan kamu maka carilah empat orang lelaki diantara kamu menjadi saksi terhadap perbuatan-perbuatan mereka”.
( Surah An-Nisaa’ – Ayat 15)
ii) Ikrar (pengakuan) daripada orang yang melakukan zina. Ikrar ini hendaklah dibuat dihadapan imam atau wakilnya seperti hakim atau kadhi.
iii) Qarinah, iaitu perkara-perkara yang menunjukkan berlaku perzinaan, misalnya hamil bagi perempuan-perempuan yang tidak bersuami, atau tidak diketahui perempuan itu ada suami.

KELAYAKAN SAKSI –SAKSI DALAM KES ZINA
Saksi-saksi yang layak untuk menjadi saksi dalam kes kesalahan berzina yang boleh diterima penyaksiannya ialah mereka yang memenuhi syarat-syarat berikut:-
1. 4 orang lelaki
2. Baligh, telah dewasa mengikut syarat-syarat yang ditentukan oleh syarak.
3. Berakal
4. Orang yang adil, iaitu tidak melakukan dosa besar dan dosa –dosa kecil.
5. Orang Islam
6. Saksi-saksi itu kesemuanya mestilah benar-benar melihat dengan matanya sendiri masuk kemaluan lelaki itu kedalam kemaluan perempuan itu seperti keris masuk kedalam sarungnya.
7. Keterangan saksi-saksi itu mestilah jelas, iaitu menerangkan secara hakiki masuk zakar lelaki itu ke dalam lubang faraj perempuan itu sebagaimana yang berlaku – bukan secara kiasan.
8. Saksi-saksi itu mestilah melihat sendiri perzinaan itu dilakukan dalam satu tempat yang tertentu dan dalam satu masa yang sama (tidak berlainan tempat dan masa).

( Rujukan Kitab – Kitab Mathla’al Badraian –
Syeikh Muhammad Daud Al-Fathani )
Bab 7: Qazaf
PENGERTIAN QAZAF
Pengertiannya ialah melimparkan tuduhan zina kepada orang yang baik lagi suci atau menafikan keturunanya.
PEMBAHAGIAN QAZAF
1.) Qazaf yang pesalah-pesalahnya boleh dikenakan hukuman hudud, seperti seseorang menuduh seseorang yang baik lagi suci berzina tanpa mengemukakan empat saksi lelaki yang adil.
2.) Qazaf yang pesalah-pesalahnya boleh dikenakan hukuman takzir seperti seseorang menuduh seseorang yang lain kufur, mencuri, minum arakatau murtad dan sebagainya, termasuk mencaci, memaki dan lain-lainnya yang boleh menjatuhkah marwah seseorang dan menghinanya.
Menuduh seseorang yang baik lagi suci berzina tanpa mengemukakan empat orang saksi lelaki yang adil hukumnya adalahharam dan termasuk dalam dosa besardan wajib dikenakan hukuman had Qazaf (sebat) sebanyak 80 kali sebat, dan tidak boleh diterima penyaksiannya selama-lamanya kerana dia adalah orang fasiq. Sebagaimana Firman Allah Taala yang bermaksud:
”Dan orang-orang yang melemparkan tuduhan zina kepada perempuan-perempuan yang terpelihara kehormatannya, kemudian mereka tidak membawa empat orang saksi. Maka sebatlah mereka 80 kali sebat, dan janganlah kamu terima persaksian mereka itu selama-lamanya kerana mereka itu adalah orang yang fasiq”.
(Surah An- Nur ayat 4)
PENUDUH YANG BOLEH DIKENAKAN HUKUMAN QAZAF
1. Berakal
2. Baligh
3. Kemahuan sendiri tidak dipaksa
4. Mengetahui haramnya Qazaf
5. Bukan ibu bapa dan datuk ke atas kepada orang yang dituduh.
Jika orang yang menuduh itu gila atau kanak-kanak yang belum baligh, tidak boleh dikenakan hukuman had Qazaf keatas mereka. Ini sebagaimana berdasarkan kepada hadith Rasulullah s.a.w. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang bermaksud:
”Allah tidak akan menyiksa tiga golongan manusia, iaitu kanak-kanak sehingga ia baligh, orang yang tidur sehingga ia bangun dari tidurnya dan orang yang gila sehingga ia sembuh dari gilanya”.
(Riwayat Bukhari Fi Muslim)
CARA-CARA MELAKUKAN QAZAF
Dalam Qanun Jenayah Sayr’iyyah cara melakukan Qazaf terdapat tiga cara:
i) Tuduhan yang dibuat secara sarih (terang dan jelas), iaitu tuduhan yang menggunakan perkataan-perkataan yang jelas dan tepat yang tidak boleh ditafsirkan kepada maksud yang lain selain daripada zina dan penafian nasab (keturunan)
ii) Tuduhan yang dibuat secara kinayah (kiyasan), iaitu tuduhan yang menggunakan perkataan yang tidak jelas dan tidak tepat yang boleh membawa erti zina atau selainnya.
iii) Tuduhan yang dibuat secara ta’ridh (sindiran), iaitu tuduhan yang menggunakan perkataan yang tidak jelas dan tidak tepat juga yang boleh memberi pengertian yang lain daripadazina sebagaimana dilakukan dalam perkataan kinayah.
BUKTI-BUKTI YANG MENSABITKAN KESALAHAN QAZAF
Kesalahan Qazaf boleh disabitkan dengan salah satu dari bukti –bukti yang berikut:-
1. Syahadah (penyaksian)
2. Ikrar (pengakuan)
3. Yamin (sumpah)
Bab 8 : Minum Arak (Khamar)
PENGERTIAN ARAK
Arak ialah minuman yang memabukkan. Dalam bahasa Arab dinamakan khamar, berasal dari kata khamara ertinya menutupi. Seseorang yang minum arak atau khamar, biasanya ia mabuk, hilang akal fikirannya tertutup jalan kebenaran, dan ia lupakan dirinya dan lupakan Allah.
Minum arak hukumnya adalah haram, sama ada sedikit atau banyak, hukum mabuk atau pun tidak, kecuali ketika darurat, dan arak itu adalah najis ainnya. Firman Allah yang bermaksud :
”Wahai orang-orang yang beriman bahawa sesungguhnya arak dan judi, dan pemujaan berhala dan mengundi nasib dengan batang-batang anak panah, adalah semata-mata kotor (najis / keji) dari perbuatan syaitan. Oleh itu hendaklah kamu menjauhinya supaya kamu berjaya”.
(Surah Al- Maidah ayat 90)
HUKUM ORANG YANG MINUM ARAK
Dalam Qanun jenayah syar’iyyah, seseorang yang telah sabit kesalahan minum arak atau sebarang minuman yang memabukkan, sama ada dia mabuk atai tidak, wajib dikenakan hukuman sebat tidak lebih dari 80 kali sebat dan tidak tidak kurang dari 40 kali sebat. Hukuman ini adalah berdalilkan hadith Rasulullah s.a.w yang diriwayatkan daripada Ali bin Abi Thalib r.a yang bermaksud:
”Rasulullah s.a.w telah menyebat orang yang minum arak sebanyak 40 kali sebat, dan Saidina Abu Bakar telah menyebat sebanyak 40 kali sebat juga, dan Saidina Umar menyebat sebanyak 80 kali sebat. Semuanya adalah sunnah Rasulaullah s.a.w. dan inilah yang paling akau suka”.
KESABITAN KESALAHAN MINUM ARAK(KHAMAR)
Untuk mensabitkan kesalahan seseorang minum arak (khamar) adalah tertakluk dibawah tiga sebab:
i) Minuman yang diminum itu ialah khamar, iaitu minuman yang memabukkan dan yang menghilangkan akal fikiran manusia
ii) Orang yang meminum minuman itu mengetahui bahawa minuman yang diminum tadi memabukkan dan menutup akal fikiran.
iii) Sengaja melakukan kesalahan meminum minuman yang memabukkan.
Seseorang yang meminum minuman yang boleh memabukkan, dan ia tidak tahu bahawa dengan meminum minuman itu ia akan menjadi mabuk tidak boleh dikenakan hukuman had keatas orang yang meminum minuman itu, sekalipun dengan sebab meminum tadi ia menjadi mabuk.
PEMINUM ARAK YANG BOLEH DIKENAKAN HUKUM HADD
Orang yang melakukan kesalahan minum arak (khamar) yang wajib dikenakan hukuman hadd adalah tertakluk dibawah syarat-syarat berikut:
i) Baligh
ii) Berakal
iii) Kemahuan sendiri tanpa dipaksa oleh sesiapa
iv) Minuman itu masuk kedalam rongga melalui mulut

Kanak – kanak yang belum baligh atau orang yang gila yang minum arak (khamar) tidak boleh dikenakan hukuman hadd ke atas mereka, kerana perbuatan mereka itu tidak boleh dianggap sebagai perbuatan jenayah syar’iyyah yang boleh dikenakan hukuman hadd. Ini adalah berdalilkan hadith Rasulullah s.a.w. yang bermaksud:-
”Allah tidak akan menyiksa tiga golongan manusia, iaitu kanak-kanak sehingga ia baligh, orang yang tidur sehingga ia bangun dari tidurnya, dan orang yang gila sehingga ia sembuh dari gila’.
(Riwayat Bukhari dalam Sahih)
BUKTI-BUKTI YANG MENSABITKAN KESALAHAN MINUM ARAK (KHAMAR)
Bukti – bukti yang mensabitkan kesalahan seseorang itu minum arak (khamar) yang boleh dikenakan hukuman hadd adalah sebagaimana berikut:-
1) Syahadah (kesaksian)
2) Ikrar (pengakuan)
Kesalahan minum arak (khamar) boleh dibuktikan dengan keterangan lisan yang diberi oleh dua orang saksi atau dengan ikrar (pengakuan) yang dibuat oleh oarang yang dituduh itu dengan kerelaan dirinya sendiri tanpa paksaan dari mana-mana pihak.
Saksi-saksi dari pihak pendakwa atau penuduh mestilah terdiri dari dua orang lelaki yang mempunyai syarat-syarat yang cukup. Jika saksi-saksi itu semuanya terdiri dari orang-orang perempuan atau seorang lelaki berserta dengan beberapa orang perempuan, maka kesaksian mereka itu tidak boleh diterima dan tidak boleh disabitkan kesalahan orang yang dituduh tadi, kerana kesaksian mereka itu boleh mendatangkan keraguan.
Bab 9 : Mencuri (Sariqah)
PENCURI
Pencuri ialah mengambil harta orang lain dengan cara bersembunyi dan diambil daripada tempat pertaruhan (tempat yang layak untuk menyimpan harta itu). Mencuri itu adalah salah satu daripada dosa-dosa besar dan mewajibkan potong tangan ke atas si pencuri itu.
Sebagaimana dengan firman Allah yang bermaksud:
”Pencuri lelaki dan pencuri perempuan hendaklah kamu potong tangannya sebagai balasan pekerjaan, dari siksaan daripada Allah, Allah maha perkasa lagi maha bijaksana”
(Surah Al- Maidah ayat 38)
Sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud:
”Tidak dipotong tangan seseorang pencuri itu kecuali seperempat dinar atau lebih daripada nilai wang mas”
(Riwayat Bukhari Muslim)
CIRI –CIRI PERBUATAN MENCURI
1. Memindahkan secara bersembunyi harta alih dari jangkaan atau milikan tuannya.
2. Pemindahan harta itu tanpa persetujuan tuannya.
3. Pemindahan harta itu dengan niat untuk menghilangkan harta tadi dari jangkaan atau milik tuannya.
HUKUMAN HUDUD YANG WAJIB DIKENAKAN KEATAS PENCURI
1) Mengikut peruntukkan hukum syarak yang dikuatkuasakan dalam Qanun jenayah syar’iyyah, orang yang boleh didakwa dibawah kesalahan kes sariqah (mencuri) dan wajib dikenakan hukuman hudud ialah:-
i) Orang yang berakal
ii) Orang yang baligh
iii) Dengan kemahuan sendiri
2) Pencuri yang gila atau kanak-kanak atau orang yang kurang akalnya (tidak siuman) tidak wajib dikenakan hukuman hudud, sekalipun mereka itu mengambil harta atau barangan orang itu secara bersembunyi dengan tujuan untuk memiliki harta atau barangan itu. Sebagaiman Hadirh Rasulullah s.a.w. yang bermaksud:-
”Allah tidak akan menyiksa tiga golongan manusia iaitu orang yang tidur hingga ia bangun dari tidurnya, kanak-kanak hingga ia baligh dan orang gila hingga ia berakal (siuman)”
(Riwayat Ahmad, Ashabi, Sunan dan Hakam)
3) Orang yang dipaksa mencuri dengan cara kekerasan, misalnya orang yang diancam dan diugut akan dibunuh jika tidak mahu mencuri. Sebagaimana hujjah Hadith Rasulullah s.a.w yang bermaksud:
”Sesungguhnya Allah menghapuskan dosa umatku yang tersalah, terlupa dan dosa mereka yang dipaksa melakukan sesuatu kesalahan”.
(Riwayat Ibnu Majah dan Baihaq’i dan Lain daripada keduanya)

4) Orang yang terpaksa mencuri disebabkan tersangat lapar (kebuluran) atau terlalu dahaga yang boleh membawa kepada maut tidak boleh juga dikenakan hukuman hudud, kerana mereka yang dalam keadaan tersebut adalah termasuk dalam darurat yang diharuskan oleh syarak melakukan perkara yang dilarang. Kes ini adalah merujuk kepada Kaedah Fiqhiyyah yang bermaksud :
” Darurat (dalam keadaan yang memaksa) diharuskan melakukan perkara yang dilarang”.
(Al- Ashbah dan An – Nazha’ir)
Dalam perkara (3) dan (4) mereka itu terlepas dari hukuman hudud, tetapi hakim boleh mengenakan hukuman takzir keatas pencuri itu mengikut kea’rifan dan kebijaksanaannya.
PENCURI YANG TIDAK BOLEH DIKENAKAN HUKUMAN KESALAHAN SARIQAH
Pencuri yang tidak boleh dikenakan hukuman kesalahan sariqah ialah :-
1) Pencurian yang dilakukan secara khianat, iaitu orang yang mengambil harta atau barangan yang diamanahkan kepadanya. Mereka yang melakukan kesalahan tersebut tidak boleh didakwa dibawah kes sariqah (mencuri) dan tidak boleh dikenakan hukuman hudud, tetapi mereka itu hendaklah didakwa di bawah kes kesalahan pecah amanah yang wajib dikenakan hukuman takzir.
2) Orang yang mengambil harta atau barangan orang lain dengan cara paksaan dan kekerasan.
3) Orang yang menyambar barangan orang lain sambil lalu, iaitu semasa berjalan atau atas kenderaan,termasuk juga penyelok saku.
4) Pencurian berlaku dimedan peperangan.
5) Mengambil buah yang tergantung di atas dahannya kerana tersangat lapar dan dahaga.
SABIT KESALAHAN MENCURI
1. Kesalahan mencuri boleh disabitkan dengan adanya salah satu dari bukti-bukti berikut:-
i) Ikrar (pengakuan)
ii) Keterangan dua orang saksi lelaki yang adil
iii) Sumpah yang mardud iaitu sumpah pencuri itu dikembalikan kepada orang yang mendakwa, jika orang yang didakwa tadi tidak mengaku, dimana mengikut keterangan orang yang mendakwa bahawa orang yang didakwa itu memang sebenarnya adalah mencuri.
2. Pencuri yang mengaku melakukan kesalahan mencuri memadai membuat pengakuan hanya sekali pengakuan sahaja dan pengakuan itu dibuat dimajlis dalam Mahkamah dihadapan hakim.
3. Untuk mempastikan kebenaran keterangan saksi-saksi bagi mensabitkan kesalahan seseorang itu mencuri, hakim hendaklah menyoal siasat saksi-saksi itu mengenai harta atau barangan yang dicuri, cara kecurian, tempat kecurian, masa kecurian dan lain-lainnya.
4. Hakim hendaklah juga menanyakan kepada saksi-saksi itu hubungan antara orang yang kena curi dangan orang yang mencuri.
PENCURI YANG DIKECUALIKAN DARII HUKUMAN HUDUD.
1) Jumlah nilai harta atau barangan yang dicuri itu kurang daripada satu perempat dinar atau tiga darham.
2) Untuk mensabitkan kesalahan mencuri itu tidak dapat dibuktikan mengikut yang dikehendaki.
3) Pencuri itu bukan orang yang mukallaf.
4) Tuan punya harta atau barang yang dicuri itu tidak menyimpan dan menjaga harta atau barangannya ditempat yang selamat daripada kena curi.
5) Pencuri itu belum lagi mendapat milik yang sepenuhnya keatas harta yang dicuri itu.
6) Harta atau barang yang dicuri itu bukan dari barangan yang berharga dan bernilai.
7) Harta atau barangan yang dicuri itu tidak memberi apa-apa faedah dan tidak bernilai mengikut hukum syarak seperti alat hiburan atau minuman yang memabukkan.
8) Pencurian yang dilakukan oleh orang yang memberi hutang ke atas harta atau barangan orang yang berhutang.
9) Pencurian yang berlaku itu dalam kedaan yang mendesak seperti didalam peperangan, dimasa sangat lapar dan dahaga.
10) Pencurian yang dilakukan oleh anak keatas harta atau barangan kepunyaan ibu bapanya hingga ke atas (datuk dan seterusnya).
11) Pencurian yang dilakukan oleh suami keatas harta atau barangan kepunyaan isterinya dan sebaliknya.
12) Pencuri itu mencuri harta atau barangan kepunyaan Baitul Mal.
HUKUMAN KERANA KESALAHAN MENCURI
Sesiapa yang melakukan kesalahan mencuri wajib dikenakan hukuman hudud sebagaimana yang dikehendaki oleh hukum syarak.
1) Mencuri kali pertama hendaklah dipotong tangan kanannya.
2) Mencuri kali yang kedua hendaklah dipotong kaki kirinya dan,
3) Mencuri kali ketiga dan berikutnya hendaklah dikenakan hukuman takzir dan dan dipenjarakan sehingga ia terbunuh.
Bab 4: Pembunuhan
1. Pembunuhan itu adalah satu daripada dosa-dosa besar sebagaimana firman Allah s.w.t yang bermaksud :-
“Sesiapa yang membunuh orang-orang mukmin dengan sengaja maka balasananya ialah neraka jahanam kekal didalamnya dan Allah murka dan mengutuknya dan disediakan azab yang berat untuknya.”(Surah An-Nisa’a Ayat 93)
Firman Allah s.w.t yang bermaksud :-
” Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan ke atas kamu qisas (balasan yang sesuai dengan perbuatan) sebab membunuh orang.”
2. Cara-cara pembunuhan ada tiga cara :
1) Sengaja semata-semata
i) Membunuh dengan sengaja semata-mata. – Iaitu seseorang yang bertujuan untuk membunuh dengan menggunakan sesuatu alat yang boleh membunuh atau mematikan seseorang.
Hukumannya :- – Pembunuhan wajib dibalas dengan bunuh juga (qisas) kecuali ahli waris yang terbunuh memaafkan dengan membayar diyat mughallazah (denda yang berat) ataupun dimaafkan tanpa membayar diyat(denda) –
Syarat wajib qisas :-
1) Islam
2) Tiada dimaafkan oleh ahli waris
2) Tersalah semata-mata
- Iaitu pembunuhan yang tidak disengajakan sebagai contoh seseorang itu menembak binatang tetapi tertembak seseorang yang lain dan menyebabkan orang itu terbunuh.
Hukuman :-
Dikenakan islah tidak dikenakan qisas (balas bunuh) tetapi dia kena diyat mukhafafah (denda yang ringan). Diyat itu dibayar oleh adik-beradik pembunuh dan bayarannya boleh ditangguhkan selama tiga tahun. -
Firman Allah s.w.t yang bermaksud :-
“Sesiapa yang membunuh seseorang yang beriman dengan tidak disengajakan maka hendaklah dia memerdekakan seorang hamba yang beriman serta membayar diyat (denda) kepada ahli yang terbunuh.”
(Surah An-Nisa’a – Ayat 92)
3) Menyerupai semata-mata
- Iaitu seseorang yang memukul orang lain dengan sesuatu alat yang biasanya tidak boleh membunuh atau mematikan seperti ranting kayu dan mati dengan pukulan itu
. – Hukumannya:-
Islah tiada wajib qisas (balas bunuh) tetapi diwajibkan ke atas keluarga pembunuh membayar diyat mughallazah (denda yang berat) dengan secara beransur-ansur selama tiga tahun.

Sholat Kusyu', Mungkinkah Sekedar Impian?


 Secara etimologi (bahasa), al-khusyu’ memiliki makna al-khudhû’ (tunduk). Seseorang dikatakan telah mengkhusyu’kan matanya jika dia telah menundukkan pandangan matanya. Secara terminologi (istilah syar’i)al-khusyu’ adalah seseorang melaksanakan shalat dan merasakan kehadiran Alloh Subhannahu wa Ta’ala yang amat dekat kepadanya, sehingga hati dan jiwanya merasa tenang dan tentram, tidak melakukan gerakan sia-sia dan tidak menoleh. Dia betul-betul menjaga adab dan sopan santun di hadapan Alloh Subhannahu wa Ta’ala. Segala gerakan dan ucapannya dia konsentrasikan mulai dari awal shalat hingga shalatnya berakhir.
Berikut firman Alloh Subhannahu wa Ta’ala tentang sholat yang khusyu’, yang artinya:“Yaitu orang-orang yang khusyu’ didalam sholatnya” (QS: Al-Mu’minun:2). Ayat tersebut ditafsirkan oleh Ibnu Abbâs Radhiallaahu anhu bahwa: “Orang-orang yang khusyu’ adalah orang-orang yang takut lagi penuh ketenangan”. Dan Ali Bin Abi Thalib berkata bahwa ”Yang dimaksud dengan khusyu’ dalam ayat ini adalah kekhusyu’an hati”.
Kiat-kiat yang dilakukan sebelum melaksanakan shalat.Sebelum memulai ibadah shalat maka perhatikanlah kiat-kiat berikut ini:
Menjawab seruan adzan dengan lafazh sebagaimana yang dikumandang kan oleh muadzin kecuali lafazh: “hayya ‘alash shalah dan hayya ‘alal falâh” maka jawabannya adalah “lâ haula walâ quwwata illa billâh” sebagaimana perintah Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam dalam sabdanya, yang artinya: “Apabila kalian mendengar muadzin (mengumandangkan azan) maka ucapkanlah seperti apa yang diucapkannya….” (HR: al-Bukhari, Muslim dan yang lainnya).
Lalu berdo’a selesai adzan dengan do’a yang diajarkan oleh Rasululloh Shalallaahu alaihi wa salam seperti Allahumma Rabba hadzihid da’watit taammah…dst.
Kemudian berdo’a sesuai dengan keinginan masing-masing, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasululloh Shalallaahu alaihi wa salam, yang artinya: ”Do’a antara adzan dan iqomah tidak tertolak” (HR: Abu Dawud, at-Tirmizi, an-Nasa’i, Ibnu Khuzaimah dan lainnya)
Berwudhu sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam. Melakukan wudhu berarti telah merealisasikan perintah Alloh Subhanahu Wa Ta’ala, yang terdapat dalam firman-Nya, yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu, basuhlah tanganmu hingga siku, dan usaplah (sapulah) kepalamu, serta basuhlah kakimu hingga kedua mata kakimu…” (QS: Al-Maidah: 6)
Rasululloh Shalallaahu alaihi wa salam bersabda tentang keutamaan wudhu, yang artinya: “Barangsiapa yang berwudhu’, lalu berwudhu’ dengan sebaik-baiknya, kemudian dia shalat, niscaya dosa antara sholatnya itu dan sholatnya yang lain (berikutnya) diampuni.” (HR: Ibnu Khuzaimah dan Imam Ahmad)
Dan bahkan orang yang berwudhu` itu berarti dia telah menggugurkan dosa-dosanya bersamaan dengan air yang mengalir dari anggota wudhu` yang telah dibasuh. (HR: Ibnu Khuzaimah dan Muslim)
Bersiwak (atau menggosok gigi) sebelum shalat sebagaimana perintah RasulullohShalallaahu alaihi wa salam dalam sebuah haditsnya, yang artinya: “Seandainya tidak memberatkan ummatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali berwudhu’ (dalam riwayat yang lain) setiap kali hendak sholat” (HR: Muttafaq ‘Alaih)
Memakai pakaian yang sopan (layak), bersih dan wangi, serta menjauhi semaksimal mungkin pakaian yang sudah kotor, bau dan tidak layak untuk dipakai dalam shalat.  Menghindari pakaian yang ketat sehingga menyebabkan kesulitan untuk bergerak dan bernafas, janganlah memakai pakaian bergambar atau bertulisan agar mata kita terjaga dan juga agar orang lain tidak terganggu, lalu perhatikan juga pakaian yang membungkus tubuh kita, apakah sudah memenuhi syarat? Apakah sudah benar-benar menutupi aurat? Semua hal ini sebagai bentuk realisasi dari firman Alloh Subhannahu wa Ta’ala, yang artinya: “Wahai manusia pakailah pakaianmu yang indah setiap kali memasuki masjid” (QS:Al-’Araf: 31)
Jagalah konsetrasi dalam melaksanakan shalat dengan cara menghindari tempat dan suasana yang panas atau gerah, sebagaimana larangan Rasululloh Shalallaahu alaihi wa salam untuk tidak shalat Dzuhur pada saat panas sangat menyengat. Beliau Shalallaahu alaihi wa salam bersabda, yang artinya: “Laksanakanlah sholat Dzuhur pada waktu panas sudah mereda, karena panas yang sangat menyengat itu adalah hawa panas yang berasal dari neraka jahannam” ( HR: al-Bukhari, Ahmad dll).
Dan jagalah konsentrasi shalat kita dengan memenuhi segala kebutuhan jasmani kita yang mendesak, seperti; kalau seandainya sebelum shalat perut kita terasa mulas, ingin buang air maka janganlah ditahan-tahan, sebab kalau kita shalat sambil menahan perut kita yang mulas pasti konsetrasi shalat kita terganggu.
Demikian juga apabila kita merasa lapar sebelum melaksanakan shalat maka bersegeralah untuk makan untuk memenuhi hajat perut kita tersebut agar rasa lapar itu tidak membuyarkan konsetrasi kita ketika sedang shalat, dan mengenai dua permasalahan diatas Rasululloh Shalallaahu alaihi wa salam bersabda, yang artinya:“Tiada sholat ketika makanan sudah terhidang dan tiada sholat ketika seseorang menahan hajat buang airnya” (HR: Muslim, Ahmad dan lain-lain).
Carilah tempat shalat yang tenang, yang jauh dari kebisingan, yang jauh dari suara-suara berisik dan suara-suara gaduh, Rasululloh Shalallaahu alaihi wa salambersabda, yang artinya: “Jauhilah suara-suara berisik seperti di pasar (ketika berada di masjid)” (HR: Muslim)
Oleh karena itu siapa saja yang berada di masjid hendaklah menjaga ketenangan dan ketentraman masjid, apabila kita berdzikir maka lirihkanlah suara dzikir kita, dan apabila kita membaca al-Qur’an maka lirihkanlah suara bacaan Al-Qur’an kita. Jangan sampai suara kita membuyarkan konsentrasi saudara-saudara kita yang sedang bermunajat kepada Alloh Subhannahu wa Ta’ala, Rasululloh Shalallaahu alaihi wa salambersabda, yang artinya: “Sesungguhnya orang yang shalat sedang bermunajat kepada Rabnya, maka perhatikanlah saudaramu yang sedang bermunajat itu, Janganlah keraskan bacaan Qur’an kalian!” (HR: al-Bukhari dan Imam Malik)
Luangkanlah waktu untuk menunggu datangnya waktu shalat. Meluangkan waktu menunggu datang nya waktu shalat bisa dilakukan di dalam masjid terutama bagi laki-laki, sedangkan bagi wanita maka lebih utama di rumah. Alloh Subhanahu Wa Ta’alaakan memberikan keutamaan dan fadhilah yang sangat banyak bagi orang yang menunggu waktu shalat, Sebagaimana Rasululloh Shalallaahu alaihi wa salam bersabda, yang artinya: “Senantiasa dihitung perbuatan seorang hamba itu sebagai pahala sholat selama ia menunggu datangnya waktu sholat, dan para malaikat (senantiasa) berdo’a untuknya, “Ya Alloh ampunilah dia dan rahmatilah dia,” sampai seorang hamba itu selesai (melaksanakan sholat) atau ia berhadats, (ada yang bertanya); apa yang dimaksud dengan hadats, (kata Rasululloh); keluar angin dari lubang dubur baik bau maupun tidak” (HR: Muslim dan Abu Daud)
Dalam hadits yang lain beliau Shalallaahu alaihi wa salam bersabda, yang artinya:“Maukah aku beritahukan tentang beberapa hal, yang mana Alloh akan menjadikannya sebagai pelebur dosa dan pengangkat derajat kalian? Para shahabat menjawab, “Tentu mau ya Rasululloh,” lalu Rasululloh bersabda, yang artinya: “Sempurnakan wudhu’ walau dalam keadaan tidak menyenangkan (spt; dingin), perbanyak langkah menuju masjid, menunggu sholat setelah melaksanakan sholat, maka yang demikian itu adalah ar-ribath, yang demikian itu ar-ribath.” (HR: Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Muslim)
Ar-ribath adalah senantiasa menjaga kesucian, shalat dan ibadah maka pahalanya diumpamakan seperti jihad di jalan Alloh Subhannahu wa Ta’ala.
Demikianlah kiat-kiat yang perlu kita perhatikan sebelum melak sanakan shalat. Dengan merealisasikan itu semua mudah-mudahan shalat kita menjadi shalat yang khusyu’ dan diterima disisi Alloh Subhannahu wa Ta’ala.
Keutamaan Shalot yang Khusyu’Sesungguhnya Alloh Subhannahu wa Ta’ala telah memuji orang yang khusyu’ pada banyak ayat dalam al-Qur’an, di antara nya adalah:
Firman Alloh Subhannahu wa Ta’ala, yang artinya: “Sesungguhnya telah beruntung orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang khusyu’ didalam sholatnya”. (QS: Al-Mu’minun: 1-2)
Firman Alloh Subhannahu wa Ta’ala, yang artinya: “Dan mintalah pertolongan (kepada Alloh) dengan sabar dan sholat, karena sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’”. (QS. al-Baqarah: 45)
Firman Alloh Subhannahu wa Ta’ala pada ayat yang lain, yang artinya: “Mereka yang berdo’a kepada Kami dengan penuh harapan dan rasa takut (cemas), dan mareka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami”. (QS: Al-Anbiya’: 90)
Alloh Subhannahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Mereka menyungkurkan mukanya dalam keadaan menangis dan kekhusyu’an mereka semakin bertambah” (QS: Al-Isra’: 109)
Alloh Subhannahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih, Apabila dibacakan ayat-ayat Alloh Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.”(QS: Maryam: 58)
Firman Alloh Subhannahu wa Ta’ala, yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Rabbnya Yang tidak tampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar.” (QS: Al-Mulk: 12)
Demikian juga beberapa hadits Rasululloh Shalallaahu alaihi wa salam yang menjelaskan tentang keutamaan khusyu’ berikut ini:
Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, Rasululloh Shalallaahu alaihi wa salam bersabda, yang artinya: “Tujuh golongan yang mendapat naungan Alloh pada suatu hari yang tidak ada naungan kecuali naungan Alloh; …(dan disebutkan di antaranya) seseorang yang berdzikir (ingat) kepada Allah dalam kesendirian (kesunyian) kemudian air matanya mengalir.” (HR: Al-Bukhari, Muslim dan lain-lainya)
Nabi Shalallaahu alaihi wa salam bersabda, yang artinya: “Barangsiapa yang mengingat Alloh kemudian dia menangis sehingga air matanya mengalir jatuh ke bumi niscaya dia tidak akan diazab pada hari Kiamat kelak.” (HR. al-Hakim dan dia berkata sanadnya shahih)
Dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu, Nabi Shalallaahu alaihi wa salam bersabda, yang artinya: “Semua mata (manusia) pada hari Kiamat akan menangis kecuali (ada beberapa orang yang tidak menangis) (pertama) mata yang terjaga dari hal-hal yang diharamkan Allah, (kedua) mata yang dipergunakan untuk berjaga-jaga (pada malam hari) di jalan Allah, (ketiga) mata yang menangis karena takut pada Allah walau (air mata yang keluar itu) hanya sekecil kepala seekor lalat” (HR: Ashbahâny)
Dari Bahaz Bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya semoga Alloh meridhai mereka, kakeknya berkata, “Saya mendengar Rasululloh Shalallaahu alaihi wasalam bersabda, “Diharamkan neraka membakar tiga golongan manusia yang disebabkan matanya, (pertama) mata yang menangis karena takut pada Allah, (kedua) mata yang dipergunakan untuk berjaga-jaga (begadang) di jalan Alloh, (ketiga) mata yang terpelihara dari hal-hal yang diharamkan Alloh.” (HR: At-Thabrani, Al-Baghawi dan yang lainnya, al-Hakim mengatakan hadits ini shahih dan disepakati oleh adz-Dzahabi) Wallahu a’lam bish shawab.
(Sumber Rujukan: Taisîr Karimir Rahman, Asy-Syaikh Abdur Rahman Bin Nâshir As-Sa’dy; Tafsir Ibnu Katsir, MediaMuslim.Info)